Sabtu, 06 Desember 2008

Hukum Hess

HUKUM HESS
A. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari Hukum Hess
2. Menentukan perubahan entalpi reaksi asam dan basa
B. Landasan Teori
Lavoiser dan laplace mengenal bahwa kalor yang diabsorbsi dalam penguaraian senyawa harus sama dengan kalor yang dilepaskan dalam pembentukkannya pada kondisi yang sama. Jadi, bila dikembalikan reaksi yang ditulis, tanda berubah. Hess menunjukkan bahwa kalor dari reaksi kimia total pada tekanan tetap adalah sama tanpa memperhatikan tahap antara yang terjadi. Prinsip ini adalah kesimpulan dari hukum Termodinamika I dan sebagai akibat bahwa entalpi adalah fungsi keadaan (Farrington, 1987).
G.H. Hess mengeluarkan hukumnya, yang pada pokoknya menyatakan bahwa jumlah aljabar panas reaksi yang dibebaskan atau diserap tidak bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut. Hukum Hess secara praktis dapat diartikan bahwa jumlah entalpi reaksi total H dapat diperoleh dengan menjumlahkan entalpi reaksi antara entalpi awal reaksi dan entalpi akhir reaksi seperti halnya reaksi kimia pada umumnya (http://www.wikipedia.org).
Jika sebuah sistem bebas untuk mengubah volumenya terhadap tekanan luar yang tetap, perubahan energi dalamnya tidak lagi sama dengan energi yang diberikan sebagai kalor. Energi yang diberikan sebagai kalor diubah menjadi kerja untuk memberikan tekanan balik terhadap lingkungan. Pada tekanan tetap kalor yang diberikan sama dengan perubahan dalam sifat termodinamika yang lain dari sistem yaitu entalpi H (Atkins, 1999).
Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur, akan tetapi bias juga melalui jalur lain dengan hasil akhir yang sama. Ini dapat dijelaskan dengan gambar berikut.
Arah 1






Reaktan Produk


Arah 2

Tetapi mungkin juga arah yang ditempuh tidak hanya arah satu dan dua, melainkan terdapat juga arah 3 dan 4, dan seterusnya. Pada percobaan ini akan dilihar apakah energi pada reaksi dengan arah 1 sama engan energi pada reaksi dengan arah 2.
Jika natrium hidroksida dapat direaksikan dengan asam klorida (4 M), maka reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
Arah 1
NaOH (s) + aq → NaOH(aq 4M) ΔH1
NaOH(aq 4M) + HCl(aq 4M) → NaCl(aq 2M) + H2O(l) ) ΔH2

Arah 2
HCl(aq 4M) + aq → HCl(aq 2M) ΔH3
HCl(aq 2M) + NaOH(s) → NaCl(aq 2M) + H2O(l) ) ΔH4
s = padat
l = cairan
aq = air ditambah samapai mencapai konsentrasi yang dimaksud atau dapat digambarkan seperti dibawah ini.
Arah 1







Arah 2

ΔH arah 1 = ΔH1 + ΔH2
ΔH arah 2 = ΔH3 + ΔH4
(Ahmad, 2008).
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Kalorimeter
2. Termometer 0-100oC
3. Gelas ukur 25 mL
4. Gelas Kimia 100 mL
5. Labu semprot
6. Pengaduk
7. Pipet tetes
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. NaOH padat
2. HCl 4 M
3. Air suling
D. Prosedur Kerja
1. Untuk arah 1


2. Untuk Arah 2


E. Hasil Pengamatan
Keterangan Suhu Awal Suhu Akhir
Arah 1
25 mL Air
Ditambahkan 4 g NaOH
Ditambahkan 25 mL HCl 4 M
29oC

65oC
56oC

62oC
Arah 2
25 mL Air
Ditambahkan 25 mL HCl 4 M
Ditambahkan 4 g NaOH
29oC

65oC

30oC

63oC


Untuk arah 1 :

Untuk arah 2 :


Perhitungan :

Diketahui : m NaOH = 4 g
air = 1 g/mL
K = 83,30576 J/ oC
Cair = 4,186 J/goC
Vair = 25 mL
m Air = air x Vair
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 g
Untuk arah 1 :
NaOH(s) + aq → NaOH(aq) …………………. 1
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq ) + H2O(l) …. 2
Qreaksi 1 = (mNaOH + mair) Cair T1 + k T1
= (4 g + 24,8763 g) 4,18 x 21 oC + 83,30576
= 2,5347616 x 103 J + 1,7494209 x 103 J
= 4,2841825 x 103 J
reaksi 1 = Qreaksi 1 = 4,2841825 x 103 J
reaksi untuk 1 mol pereaksi :
reaksi 1 =
Qreaksi 2 = mNaCl x Cp NaCl x T2
= (VNaCl x ) Cp NaCl x T2
= (50 mL x 1,039 ) 3,96 x 12 oC
= 2,468664 x 103 J
reaksi 2 = Qreaksi 2 = 2,468664 x 103 J
reaksi untuk 1 mol pereaksi :
reaksi 2 =
reaksi total = reaksi 1 + reaksi 2
= +
= 6,7528465 x 103

Untuk arah 2 :
Qreaksi 3 = (mair + mHCl) CPair T3 + k T3
= (25 mL x 0,995952 + 25 mL x 1,19 ) 4,18 x 1 oC + 83,30576
= 2,2833793 x 102 J + 83,30576 J
= 3,1164369 x 102 J
reaksi 3 = Qreaksi 3 = 3,1164369 x 102 J
reaksi untuk 1 mol pereaksi :
reaksi 3 =
Qreaksi 4 = mNaCl x Cp NaCl x T4
= (VNaCl x ) Cp NaCl x T4
= (50 mL x 1,039 ) 3,96 x 38 oC
= 7,817436 x 103 J
reaksi 4 = Qreaksi 4 = 7,817436 x 103 J
reaksi untuk 1 mol pereaksi :
reaksi 4 =
reaksi total = reaksi 3 + reaksi 4
= +
= 8,1290796 x 103

F. Pembahasan
Banyaknya kalor yang dihasilkan dalam suatu reaksi kimia dapat diukur dengan menggunakan kalorimeter. Kalor diukur dengan jalan jumlah total kalor yang diserap lingkungan. Kalor yang diserap air merupakan hasil perkalian antara massa, kalor jenis dan kenaikkan suhu. Kalor yang diserap komponen lingkungan lain yaitu bom, pengaduk, termometer dan sebagainya merupakan hasil kali jumlah kapasitas kalor komponen-komponen ini dengan suhu. Dari sini, dapat diketahui bahwa penjumlahan kalor dapat diterapkan melalui Hukum Hess.
Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir suatu reaksi, Selain itu Hukum Hess juga menyatakan bahwa entalpi suatu reaksi merupakan jumlah total dari penjumlahan kalor reaksi tiap satu mol dari masing-masing tahap atau orde reaksi. Oleh karena itu, besarnya H dapat ditentukan hanya dengan mengetahui kalor reaksinya saja. Dasar hukum Hess ini adalah entalpi atau energi internal adalah besaran yang tidak tergantung pada jalannya reaksi. Suatu reaksi kadang-kadang tidak hanya berlangsung melalui satu jalur akan tetapi bisa juga melalui jalur lain dengan hasil yang diperoleh adalah sama.
Dalam melakukan perubahan entalpi dari suatu reaksi kita terlebih dahulu harus memahami bahwa perubahan entalpi tersebut adalah suatu sifat yang ekstensif, artinya perubahan entalpi berbanding lurus dengan jumlah zat yang terlibat dalam reaksi, selain itu perubahan entalpi akan berubah bila arah reaksi berbalik. Konsep ini sangat berguna dalam memahami tentang hukum Hess ini.
Dalam percobaan ini dilakukan pengukuran perubahan entalpi dengan menggunakan kalorimeter atau alat pengukuran zat. Dalam percobaan ini dillakukan dalam dua arah dalam reaksi endoterm yaitu arah satu dan arah dua. Menurut Hukum Hess besarnya H Reaksi akan sama pada arah satu dan arah dua, karena nilai H tidak bergantung pada jalan atau tahap reaksi, namun hanya ditentukan pada keadaan awal dan keadaan akhirnya saja. Pengukuran perubahan entalpi untuk arah pertama dilakukan dengan menjumlahkan perubahan entalpi seluruh proses yang terjadi pada arah satu ini yakni sebesar 6,7528465 x 103 untuk setiap molnya. Nilai tersebut merupakan total penjumlahan H1 dan H2. H1 merupakan reaksi pengenceran NaOH sebesar 4,2841825 x 103 dan H2 yang merupakan perubahan entalpi setelah NaOH bereaksi dengan HCl sebesar 2,468664 x 103 . Dengan cara yang sama dilakukan penghitungan perubahan entalpi pada arah kedua diperoleh perubahan entalpinya sebesar 8,1290796 dalam tiap molnya. Besarnya perubahan entalpi pada arah satu dan arah dua ada sedikit perbedaan. Dari hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan menyimpang dari Hukum Hess bahwa entalpi arah pertama sama dengan entalpi arah kedua. Terjadinya penyimpangan ini dimungkinkan adanya kesalahan prosedur yang dilakukan praktikan atau dapat juga dimungkinkan bahan-bahan yang digunakan telah tercampur oleh zat-zat pengotor lainnya, atau dapat juga disebabkan bahan yang digunakan ini mengikat zat kimia lainya yang berada diudara bebas pada saat akan dimasukkan ke dalam kalorimeter mengingat bahan yang digunakan (NaOH) bersifat higroskopis, sehingga bahan yang digunakan pada percobaan ini tidak murni lagi yang mengakibatkan hasil pengamatan yang diperoleh tidak maksimal.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan yakni :
1. Hukum Hess menyatakan bahwa besarnya entalpi dari suatu reaksi tidak ditentukan oleh jalan atau tahap reaksi, tetapi hanya ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir suatu reaksi.
2. Besarnya entalpi reaksi pada arah satu adalah sebesar 6,7528465 x 103 dan entalpi pada arah dua adalah sebesar 8,1290796 .

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2008. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. F-MIPA Unhalu. Kendari.

Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika jilid 1. Erlangga. Jakarta
Farrington, dkk. 1987. Kimia Fisika. Erlangga. Jakarata

http://www.wikipedia.org, diakses tanggal 1 Desember 2008

Pemurnian Garam Dapur

PEMURNIAN NaCl

A. Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip pemurnian dan pengkristalan garam dapur NaCl.

B. Landasan Teori

Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5 0C.Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk Natrium Hidroksida dan Hidrogen. Dalam garam-garamnya natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ini membentuk larutan tak berwarna, hampir semua garam natrium larut dalam air.

Kebanyakan klorida larut dalam air, Merkurium (I) klorida, HgCl2, perak klorida, AgCl, timbale klorida, PbCl2 (yang ini larut sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga (I) klorida, CuCl, bismuth oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium (II) oksiklorida, HgOCl2, tak larut dalam air (Vogel, 1979).

Di bidang teknik kimia seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan, tanpa mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersihkan atau harus dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses kristalisasi dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur. Yang dimaksud kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil kristalisasi dari lelehan sering harus didinginkan lagi atau dikecilkan ukurannya (Bernaseoni, 1995).

Senyawa organik padat yang dari reaksi organic diisolasi jarang terbentuk murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan sedikit senyawa lain (“impurities”) yang dihasilkan selama reaksi berlangsung. Pemurnian senyawa tak murni biasanya dikerjakan dengan rekristalisasi dengan berbagai pelarut atau campuran pelarut.

Pemurnian padatan dengan rekristalisasi didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau campuran pelarut (Anwar, 1994).

Terdapat beberapa definisi tentang rekristalisasi yaitu : 1. suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh sampai butiran asli termasuk didalamnya 2. Perubahan struktur kristal akibat pemanasan pada suhu kritis 3. Terbentuknya struktur butiran baru melalui tumbuhnya inti dengan pemanasan (http://id.wikipedia.org/wiki/rekristalisasi).

Impuritis pada garam meliputi senyawa yang bersifat higroskopis yaitu MgCl2, CaCl2, MgSO4 dan CaSO4, dan beberapa zat yang bersifat reduktor yaitu Fe, Cu, Zn dan senyawa-senyawa organik. Impuritis-impuritis tersebut dapat bereaksi dengan ion hidroksil (OH-) sehingga, terutama, membentuk endapan putih Ca(OH)2 dan Mg(OH)2 (Bahruddin, et al, 2003).

Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal) komponen tunggal dari fase cair (larutan atau lelehan) yang multi komponen, dan dilakukan dengan cara pendinginan, penguapan dan atau kombinasi pendinginan dan penguapan. Proses pembentukan kristal dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) pencapaian kondisi super/lewat jenuh (supersaturation), (2) pembentukan inti kristal (nucleation), dan 93) pertumbuhan inti kristal menjadi kristal (crystal growth). Kondisi super jenuh dapat dicapai dengan pendinginan. Penguapan, penambahan presipitan atau sebagai akibat dari reaksi kimia antara dua fase yang homogen. Sedangkan pembentukan inti kristal terjadi setelah kondisi super/lewat jenuh (supersaturated) tercapai (Paryanto, 20007).

C. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan, yaitu:

Ø Timbangan analitik

Ø Gelas kimia

Ø Batang pengaduk

Ø Hot plate

Ø Corong

Ø Pipet tetes

Ø pH meter

Ø Kertas saring

2. Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :

Ø Garam Dapur (NaCl)

Ø Padatan CaO

Ø (NH4)2CO3

Ø Ba(OH)2

Ø Aquades

Ø HCl

D. Prosedur Kerja

20 garam dapur




% rendamen = 153,482 %

E. Hasil Pengamatan

1. Reaksi

2 NaCl + CaO CaCl2 + Na2O

CaCl2 + Na2O + Ba(OH)2 2NaOH + BaCl2 + CaO

2NaOH + BaCl2 + CaO + (NH4)2CO3 NaCl + Ba(OH)2 + CaCO3 + NH4Cl

NaCl + Ba(OH)2 + NH4Cl + HCl BaCl2+ NaCl + NH3 + Cl2 +H2O

2. Perhitungan

Berat garam teoritis = 20 gram

Berat gelas kimia kosong = 61,3246 gram

Berat gelas kimia + garam = 92,0210 gram

Berat eksperimen = (berat gelas kimia + garam)- berat gelas kimia kosong

= 92,0210 – 61,3246 gram

= 30,6964 gram

% rendamen = x 100%

=

= 153,482 %


F. Pembahasan

Selain senyawa dengan ikatan kovalen, dikenal pula senyawa dengan jenis ikatan lain, yaitu ikatan elektrovalen atau ikatan ionik yang didasarkan pada tarikan elektrostatik antara ion yang berlawanan muatan. Teori ini dapat menerangkan struktur kristal dari zat padat.

NaCl merupakan salah satu contoh padatan ionik karena tersusun atas ion-ion berlawanan muatan yang saling tarik menarik. Senyawa penyusun NaCl sendiri memiliki sifat khasnya msing-masing dan sangat berbeda dengan senyawa yang disusunnya. Contohnya, unsur Na yang mudah meledak dalam air dan ternyata justru berlainan sifat dengan NaCl yang cenderung mudah larut dalam air dan terionisasi. Hal ini diakibatkan adanya pengaruh anion-anion yang diikat oleh Na dalam NaCl sehingga menyebabkan sifat asli dari Na hilang. Dalam padatan ionik seperti kristal yang tersusun dari ion-ion akan terjadi tarik-menarik antara kation dan anion yaitu gaya elektrostatik Coulomb serta tolak menolak ion sejenis. Keseimbangan antara tarik-menarik dan tolak-menolak ini menghasilkan energi kisi kristal. Atom Na hanya mempunyai satu elektron valensi. Dengan menyerahkan elektron tersebut tercapai susunan elektron seperti neon dan Na menjadi bermuatan positif Na+. Atom Cl memiliki 7 elektron valensi, dengan menerima satu elektron tambahan akan membentuk anion, Cl-. Natrium klorida (NaCl) senyawa ionik dengan jumlah Na dan Cl yang sama.

Senyawa alkali halida seperti NaCl menunjukkan bahwa jarak antar ion adalah jumlah jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif, sehingga jumlah ini digunakan untuk menerangkan struktur dari kristal ioniknya. Perbandingan jari-jari ion dapat memberikan gambaran mengenai bilangan koordinasi. Jari-jari ion Na+ (r+) = 0,95 dan jari-jari ion Cl- (r-) = 1,81 Å, sehingga perbandingan jari-jari ion (r+/r-) NaCl = 0,414. Telah ditetapkan bahwa batas 0,414 ≤ r+/r- ≤ 0,732 akan memberikan struktur octahedral. Struktur octahedral yang banyak bergabung menjadi bentuk seperti kubus.

Hal ini berarti kristal NaCl memiliki bilangan koordinasi 6, dimana 1 kation Na+ dikelilingi 6 anion Cl-. Pada jarak antar ion yang sangat besar secara energitika yang terbentuk adalah atom Na dan Cl. Apabila kedua partikel saling mendekat, maka kduanya berubah menjadi ion. Adanya gaya elektrostatik yang besar yang menyebabkan kedua ion mendekat sampai tercapai keadaan setimbang, yaitu pada titik minimum. Pada jarak yang sangat dekat ini yang berperan adalah gaya tolak-menolak antara ion yang bermuatan sejenis. Kristal ion yang terbentuk kemudian terdiri dari susunan teratur dari kation Na+ dan anion Cl- dalam kisi kristal. Kisi Kristal adalah kumpulan dari satuan-satuan kecil yang disebut sel satuan dan ion-ion dinyatakan sebagai titik-titik. Satu lagi perbedaan nyata dari senyawa NaCl berbentuk kristal dengan ion-ion ynag menyusunnya, yaitu jari-jari kristal NaVl<>+ atau Cl-. Hal ini disebabkan dalam kristalnya, terjadi menarik antara kation dengan anion yang memperkecil jarak antar ionnya (r kristal). Jadi, struktur oktahedral NaCl ini akan bertumpuk dengan semakin banyaknya atom Na dan Cl yang bergabung sehingga menghasilkan kristal NaCl

Metode pemurnian yang akan digunakan kali ini adalah dengan rekristalisasi. Metode ini didasarkan pada perbedaan daya larut antara zat yang dimurnikan dengan kotoran dalam suatu pelarut tertentu. Ada beberapa syarat agar suatu pelrut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu: 1. Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, 2. Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, 3. Mudah dipisahkan dari kristalnya.

Dalam percobaan ini akan dipelajari cara memurnikan natrium klorida yang berasal dari garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. NaCl merupakan komponen utama penyusun garam dapur. Komponen lainnya merupakan pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, SO42-, I- dan Br. Agar daya larut antar NaCl dengan zat pengotor cukup besar maka perlu dilakukan penambahan zat-zat tertentu. Zat-zat tambahan itu kan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut dalam air, selain itu rekristalisai dapat dilakukan dengan cara menambahkan ion sejenis ke dalam larutan zat yang akan dipisahkan.

Garam NaCl dilarutkan ke dalam air panas sehingga pengotor-pengotor berupa partikel padat bisa terlepas dan menjadi koloid dalam larutan sehingga dapat terkumpul saat disaring. Pelarutan ini juga mengakibatkan NaCl terionisasi dalam air. Filtrat pertama kali direkristalisasi dengan pelarut CaO yang berfungsi memutihkan garam yang dihasilkan nantinya karena dapat mengikat pengotor berupa Ca2+. Selanjutnya rekristalisasi dengan Ba(OH)2 juga memiliki fungsi yang sama dengan CaO, tetapi khusus mengikat pengotor berupa ion Mg2+ atau Al3+. Rekristalisasi terakhir dilakukan dengan penambahan pelarut (NH4)2CO3 yang berguna untuk mengikat sisa-sisa zat pengotor yang mungkin masih ada dalam larutan garam tetapi tidak bisa terikat oleh 2 pelarut sebelumnya. Zat-zat pengotor itu mungkin berada dalam bentuk ion SO42-, I-, Br, dll. Dengan adanya penambahan 3 pelarut tadi, maka dapat disumsikan bahwa larutan garam sudah murni dan tidak mengandung zat pengotor lagi. Zat-zat pengotor tersebut terikat dengan pelarut sehingga tersuspensi dan dapat dipisahkan melalui penyaringan . Penambahan HCl pada filtrat diperlukan karena larutan garam sudah bersifat basa akibat dari penambahan Ba(OH) saat rekristalisasi kedua. Diusahakan agar larutan garam netral (pH=7). Larutan garam kemudian dipanaskan sehingga diperoleh NaCl murni dalam bentuk serbuk karena setelah melalui pemanasan serta pelarutan menyebabkan ikatan-ikatan antar ion dalam kisi kristal sebagian besar putus dan tidak lagi terdapat dalam bentuk bongkahan.

Berat NaCl murni yang diperoleh setelah pemanasan adalah sebesar 30,6964 gram, sehingga % rendamen NaCl yang diperoleh sebesar 153,482 %. % rendamen yang diperoleh terlalu besar, ini dikarenakan berat eksperimen yang diperoleh besar. Dikarenakan pada saat penimbangan, kristal NaCl yang ditimbang tidak berada dalam keadaan kering sehingga dalam penimbangan tidak murni kristal karena masih terdapatnya larutan yang belum menguap.

G. Kesimpulan

Prinsip pemurnian NaCl dengan metode rekristalisasi adalah memisahkan NaCl dari zat-zat pengotor berdasarkan perbedaan daya larut keduanya dalam pelarut tertentu seperti CaO, Ba(OH)2, dsan (NH4)2CO3. Zat-zat pengotor yang telah terikat dalam pelarut yang sesuai dan mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan NaCl melalui penyaringan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik I. FMIPA UGM. Yogyakarta.

Bahruddin, Zulfansyah, Aman, Ilyas Arin, Nurfatihayati. 2003. “Penentuan Rasio Ca/Mg Optimum pada Proses Pemurnian Garam Dapur”. Jurnal Natur Indonesia 6(1): 16-19

Bernaseoni,G. 1995. Teknologi Kimia. PT Padya Pranita. Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/rekristalisasi (diakses 7 Desember 2007)

Paryanto, I. 2000. “Pengaruh Penambahan Garam Halus Pada Proses Kristalisasi Garam Farmasetis”. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, V2. No.9, hal. 5-9

Vogel. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman Media Pustaka. Jakarta.